Tak seorang pun tau pada siapa hatinya akan
terpaut, bukan? Kita bahkan tidak pernah menginginkan kepada siapa hati kita
akan dititipkan. Begitu pula aku. Tidak pernah sekali pun terbersit di
pikiranku akan memautkan hatiku padamu. Dan sama sekali tak pernah aku
menginginkan untuk menitipkan sebagian hatiku yang pernah patah ini padamu. Sungguh.
Tapi, kenapa rasanya sesakit ini saat
menyadari hanya hatiku yang terpaut? Kenapa rasanya sesakit ini saat ternyata
tlah aku sadari kau telah menitipkan hatimu pada gadis yang lain. Kenapa rasanya
rintik-rintik itu mendesak ingin keluar dari pelupuk mataku. Apakah benar, aku
tlah jatuh cinta padamu? Apakah benar aku tlah sebegitu besarnya menaruh harap
padamu?
Sungguh, rasanya amat sangat menyakitkan. Beginilah
rasanya mencintai dalam diam. Memelihara perasaan yang semakin hari semakin tumbuh
dan berbunga di ladang cintaku yang sempat kemarau, dalam diamku. Sungguh,
rasanya ingin menangis. Menangis sekencang-kencangnya. Tapi aku sadar, apa
hakku menangisimu? Aku bukan siapa-siapamu. Bukan orang yang kau sebut namanya
dalam setiap doa panjangmu kepadaNya. Bukan seseorang yang mengganggu mimpimu
di setiap malammu.
Tapi sungguh, rasanya aku tak sanggup lagi
menitikkan air mataku. Rasanya sakit sekali. Rasa sakit yang berbanding lurus
dengan rasa bahagia saat melihat wajahmu. Rasa bahagia saat kau berada di
sampingku. Sungguh, aku benar-benar telah memelihara cinta yang entah kapan
mulai tumbuh ini. Rasa yang aku tujukan padamu. Rasa yang aku sadari hanya
bertepuk sebelah tangan. Perasaan yang belum berani aku ungkapkan kepada
teman-temanku dan kepada siapa pun.
Aku tidak mungkin mengatakan secara langsung
padamu tentang perasaanku yang perlahan-lahan merasuki relung hatiku dan tumbuh
dengan seiringnya waktu. Tidak mungkin mengganggu pikiranmu, seperti kau yang
mengganggu pikiranku karena seringkali masuk ke dalam mimpiku tanpa izin. Bahkan
semalam pun aku sempat memimpikanmu.
Aku tau, kau menyukai serang gadis. Dan aku
tahu, gadis itu bukan aku. Tapi, kenapa masih tetap sakit yang kurasa? Seharusnya
aku lebih tegar, bukan? Kenapa rasanya seperti baru hari ini aku tahu kau bukan
memilihku. Padahal, aku sudah jauh-jauh hari tahu akan kenyataan ini.
Sungguh, aku tak ingin kau tahu tentang
perasaan yang baru seumur jagung ini. Biarkan aku sendiri yang menyimpannya
dalam diamku. Mengamatimu dari kejauhan, menangisimu, tertawa bersamamu,
mendoakanmu, memikirkanmu, yang semuanya aku lakukan dalam keterdiamanku. Tanpa
memberikanmu kesempatan untuk mengetahuinya. Inilah aku yang mencintaimu dalam
diam.