Senin, 13 Agustus 2012

BACK TO THE PAST [Adwinda Febilia]


Judul : Antonio vs Nicholas

Entah apa yang membawaku ke tempat ini. Tiba-tiba saat aku membuka mataku, pemandangan asing ini terpampang jelas di depan mataku. Padahal sebelumnya aku berada di sebuah pameran lukisan. Tidak sebelum sebuah cahaya yang menyilaukan mataku menusuk indra penglihatanku ini.
Kereta kencana dengan indahnya berseliweran di dekatku. Wanita-wanita cantik nan anggun terlihat begitu menawan dengan gaun khas para koloni. Payung berenda yang kelihatan cantik berada di genggaman tangan mereka. Ini dimana? Tanyaku dalam hati.
Bunyi nyaring lonceng yang berasal dari menara katedral yang menjulang tinggi membuatku terpaku. Dalam keterpanaan melihat kejadian di depanku yang terasa begitu nyata, namun juga terlihat seperti mimpi.
Belum habis rasa bingungku, tiba-tiba seorang laki-laki tampan yang menunggangi kuda berwarna hitam—bak pangeran dari negeri dongeng, berhenti tepat di depanku. Rambut pirangnya terlihat begitu berkilauan di bawah terpaan sinar matahari. Hidungnya mancung sempurna, kulitnya putih pucat dengan bintik-bintik di wajahnya. Kalau kutebak, kira-kira tingginya 180-an cm.
Laki-laki itu kemudian turun dari kudanya dengan gagah dan berjalan mendekatiku. Senyuman secerah matahari pagi tidak pernah pudar dari wajahnya yang terlihat begitu berseri-seri. Tanpa sadar aku melangkahkan kakiku ke belakang setiap kali dia melangkah maju.
“Earl,” panggil laki-laki itu lembut yang entah ditujukkan untuk siapa. “Earl…” lagi-lagi dia memanggil sebuah nama yang terdengar asing di telingaku.
***
Dan di sinilah aku sekarang…
Aku berdiri di depan altar dengan disaksikan beberapa ratus pasang mata yang sudah duduk manis di dalam bangku panjang yang sudah tersedia. Gaun berwarna putih salju yang lembut melekat sempurna di tubuh semampaiku. Sebuah tiara bertahtahkan batu berlian  dan kristal menghiasi rambut bergelombangku yang sedikit disanggul.
Di depanku seorang pastor tengah menatapku dengan orang di sampingku dengan seksama. Lewat pinggir mataku aku melihat Antonio—laki-laki yang kemarin memanggilku Earl, tengah tersenyum bahagia.
Dia tampak gagah dengan balutan tuksedo berwarna biru dan silver yang melekat erat di tubuhnya. Rambutnya yang sedikit berantakan kini terlihat begitu rapi. Samar-samar aku sedikit mencium aroma parfum yang asing di hidungku dari tubuhnya.
“Earl!!” sebuah teriakan dari arah pintu masuk terdengar begitu lantang dan tegas. Aku menoleh seketika, begitu juga dengan semua orang yang berada di dalam gereja ini. Dapat kurasakan tubuh Antonio menegang saat melihat seorang laki-laki yang tak kalah tampan dan gagah darinya itu.
“Kenapa kau kemari?” Tanya Antonio dengan nada yang terdengar marah.
“Aku hanya ingin merebut kembali yang seharusnya jadi milikku.” Balas orang itu.
“Kau!” tiba-tiba Antonio maju mendekati orang itu. Dia mengeluarkan pedang yang tersampir di pinggangnya, begitu juga orang itu.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tajam dan dingin menyentuh dahiku. Rasa pusing yang tak terhingga segera menggerogoti kepalaku. Samar-samar aku mendengar teriakan histeris dari orang-orang di dekatku. Dan aku tidak cukup kuat untuk melihat apa yang sebenarnya telah terjadi.
***
“Kau tidak apa-apa?” Tanya seorang laki-laki saat aku berhasil membuka mataku.
Aku terbelalak kaget dan melihat sekelilingku. Tidak ada Antonio, tidak ada laki-laki itu, dan aku tidak berada di sebuah gereja. Orang di depanku nampak bingung melihat ekspresiku. Orang itu kemudian berdeham kecil, membuatku menoleh seketika.
“Kau tadi jatuh pingsan setelah menatap lukisan Antonio yang sedang berperang melawan Nicholas. Harusnya kau tahu kalau lukisan semacam ini akan menimbulkan sesuatu yang tak terduga saat kau mengamatinya dengan seksama.” Jelas laki-laki itu sambil membantuku berdiri. Dan setelahnya, kepalaku mendadak pusing lagi.

2 komentar: