Tidak bermaksud menyinggung siapapun. Ini hanya sebuah karya. Sebuah ide yang terlintas dalam pikiran saya.
By : Winda Zizty
Aku
mencintaimu!
Kau tau akan hal itu. walaupun
orang-orang tidak ada satupun yang merestui hubungan yang terjalin di antara
kita, aku akan tetap mencintaimu.
Aku
mencintaimu!
Orang berpikir aku gila karena aku
mencintaimu. Tapi salahkah aku memiliki cinta? Salahkah aku mencintaimu?
Bukankah cinta itu milik siapa saja? Tapi kenapa orang-orang selalu mengatakan
kalau cinta yang kita bina ini salah? Apa otak mereka yang salah?
Kau gadis terindah yang pernah hadir ke
dalam kehidupanku. Kau gadis tercantik di dunia ini setelah ibuku.
Tapi kenapa aku harus menerima
kenyataan kalau orang-orang mengatakan cinta antara kita ini adalah cinta yang
salah? Ada apa dengan mereka?
Aku mencintaimu walaupun orang-orang
menentangnya. Aku mencintaimu tak perduli apapun yang orang-orang katakan. Aku
mencintaimu dari dasar hatiku. Sepenuh jiwaku kan aku berikan untukmu.
***
“Maafkan aku, Res. Tapi laki-laki itu
adalah pilihan orang tuaku. Aku tak kuasa menolaknya, walaupun aku ingin
menolak.”
Kata-katamu saat itu sungguh menyayat
hatiku.
Bagaimana tidak? Gadis yang sudah dua
tahun menjalin kasih denganku kini harus segera menikah dengan laki-laki lain
pilihan orang tuanya. Hati siapa yang tidak sakit kalau berada di posisiku saat
ini.
Kau menangis sambil memelukku erat.
Berkali-kali kau mengucapkan kata maaf dari bibirmu yang merah merekah itu.
Dengan hati yang masih tak percaya, aku
mengangkat wajahmu yang sedari tadi menunduk. Aku tatap lekat-lekat manik matamu
yang sangat aku sukai itu.
“Lalu aku harus bagaimana, Dina?”
tanyaku pelan.
Sungguh. Aku tidak bisa menyembunyikan
rasa kecewa yang berada di relung hatiku yang terdalam. Tapi aku juga tidak
dapat menentang semua ini. Karena ini adalah pilihan orangtua Dina.
Dengan tangan bergetar Dina merogoh tas
tangannya yang berwarna merah marun. Dengan pelan dia mengeluarkan sebuah benda
berbentuk persegi panjang berwarna gold
dan memberikannya padaku.
Dapat kulihat nama Dina tertera di
sana. Beserta tanggal, tempat dimana Dina akan melangsungkan pernikahannya
dengan seorang laki-laki yang bernama Rido.
“Aku harap kau datang di acara
pernikahanku.” Pesanmu padaku.
Aku dapat melihat air mata turun dari
mata indahmu. Dengan perlahan kau berbalik dan hendak meninggalkanku. Tapi
dengan kekuatanku yang terakhir aku menarikmu ke dalam pelukanku. Dengan
seluruh emosiku aku meraih wajahmu dan mendekatkannya ke wajahku.
Kau tampak terkejut. Tapi akhirnya kau
hanya bisa terdiam saat aku melumat bibirmu dengan sedikit kasar. Aku dapat
merasakan lelehan air mata di pipimu. Untuk terakhir kalinya aku menciummu.
Karena aku tau, mulai sekarang kau bukan milikku lagi.
Saat itulah aku harus merelakan cintaku
pergi bersama laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Seseorang
yang akan menemani hari-harinya dan memberinya segenap cinta.
***
Sesuai janjiku padamu, aku menghadiri
acara pernikahanmu. Kau tampak terlihat cantik dengan balutan kebaya modern
berwarna kuning gading. Kau tampak seperti ratu yang begitu anggun dan menawan.
Di sebelahmu aku dapat melihat laki-laki yang kini resmi menjadi suamimu.
Dia tampak gagah dengan setelan tuksedo
berwarna senada dengan kebaya yang kau pakai. Hatiku miris melihat kau
bersanding dengannya di pelaminan.
Dengan menyingkirkan semua sakit dan
perih dalam hati, akhirnya aku beranikan diri untuk naik ke atas pelaminan
untuk sekedar mengucapkan ucapan selamat pada kalian. Sang pengantin baru.
Kau tampak senang melihat kehadiranku
di antara antrian para tamu undangan. Tapi aku juga melihat sorot kesedihan
dari matamu.
Saat tiba saatku untuk mengucapkan
ucapan selamat pada kalian berdua, aku tidak melewatkan kesempatan untuk
memelukmu erat-erat. Aku senang karena kau juga membalas pelukanku tak kalah
erat.
“Kau tampak cantik, Din.” Bisikku tepat
di telingamu.
“Kau juga tak kalah cantik, Resta.”
Balasmu.
Aku akhirnya harus pergi dari pesta
pernikahanmu. Dari tempatku berdiri sekarang aku dapat melihat kau berbahagia.
Aku senang kau bahagia. Walaupun kau
bahagia bersama orang lain. Bukan denganku.
Akhirnya aku mengerti kenapa selama ini
orang-orang selalu mengatakan kalau cinta ini adalah cinta yang salah. Karena
aku sadar aku tak pantas untukmu. Kau wanita, dan aku juga wanita.
Tak sepantasnya aku yang seorang wanita
ini mencintai wanita. Makhluk berjenis kelamin sama denganku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar