Aku tau kau mencintaiku, menyayangiku sepenuh hatimu. Tapi bukan perhatian yang kuminta. Aku hanya ingin kau mengerti aku. Mendukung apapun yang aku kerjakan.
***
Aku Imelda. Siswi kelas 1 SMA di salah satu sekolah negeri di Indonesia. Aku terlahir dari keluarga yang penuh oleh kasih sayang. Walaupun kadang aku sering berselisih paham dengan keluargaku, tapi aku sangat menyayangi mereka. Aku terlahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Usiaku terpaut 13 tahun dengan kakak pertamaku. Sekarang dia bekerja sebagai guru matematika di salah satu SMP di daerahku.
Di usiaku yang menginjak 15 tahu, aku sudah memiliki seorang kekasih. Sudah satu tahun lebih aku merajut kasih dengannya. Sebuat saja namanya Andi.
Andi sebenarnya sangat baik, dia begiu perhatian padaku. Aku senang bisa menjadi pacarnya, karena aku bisa sedikit merubah sifat dia yang arogan. Sebelum berpacaran denganku, Andi adalah orang yang gemar berkelahi. Dan aku baru tahu hal itu setelah 3 bulan kami berpacaran.
Aku tidak tahu apakah aku benar-benar mencintai Andi atau tidak. Karena sampai sekarang aku masih memikirkan cinta pertamaku yang sudah aku sukai dari kelas 4 SD. Mike namanya.
Mike dan Andi memiliki sedikit persamaan. Yaitu memiliki tubuh yang sedikit berisi. Tapi Mike terkesan cuek padaku. Walaupun mereka berdua sama-sama baik padaku.
Satu hal yang aku tidak sukai dari Andi. Dia terlalu over protective padaku. Bahkan dia melarangku untuk dekat dengan laki-laki lain. Kalau dia tahu aku dekat dengan laki-laki lain, dia pasti akan marah. Awalnya aku biasa-biasa saja dengan sikapnya. Tapi lama kelamaan aku muak dengan semua sikapnya itu.
Coba kau bayangkan, saat itu aku sedang kerja kelompok bersama teman-temanku. Saat itu semuanya sudah memiliki teman untuk naik kendaraan, sedangkan aku belum mempunyai tumpangan untuk pergi ke rumah temanku. Saat itu Rizal-temanku-menawarkanku untuk ikut dengannya. Aku ragu, aku takut Andi tau dan marah padaku. Tapi karena tak ada pilihan lain akhirnya aku pergi dengan dibonceng Rizal.
Ternyata ketakutanku benar. Esok harinya Andi mendatagi kelasku dan marah-marah padaku. Dia marah karena aku berboncengan dengan Rizal. Oh Andi, tidakkah kau sedikit saja mengerti aku? Saat itu keadaannya sedang genting, apa kau tidak sedikit pun mencoba mengerti dengan keadaanku?
Masalah demi masalah sering melanda jalinan asmara kami. Orang tuaku tahu kalau aku berpacaran dengan Andi dan mereka menolak secara keras hubunganku itu. Awalnya aku kebal dengan semua ceramah yang dilontarkan semua anggota keluargaku. Entah apa yang membuatku sampai harus menutup telingaku dan menjadi kebal dengan semua laranagn keluargaku. Aku telah dibutakan oleh cinta saat itu.
Semua hal yang menjadi tolakan tegas keluargaku tentang hubunganku dengan Andi hanya kuanggap angin lalu. Toh buktinya aku masih tetap melanjutkan hubunganku dengan Andi. Malah kami menjadi semakin dekat.
Suatu hari Mike datang di kehidupanku lagi, dan dia menembakku. Tanpa pikir panjang aku menerimanya karena aku mempunyai perasaan yang lebih padanya. Hubungan itu dengan mudah tersembunyi dari Andi.
Tapi sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Andi tahu hubungan terlarangku dengan Mike. Dan kau tahu apa yang terjadi? Dia marah besar. Dia menamparku dan melontarkan sumpah serapahnya padaku. Suatu hal yang membukakan mataku kalau dia bukan yang terbaik untukku. Suatu hal yang tidak pernah dilakukan kedua orang tuaku yang sangat menyayangi anak-anaknya.
Aku sakit. Tentu aku sakit. Aku sakit fisik dan batin.
“Kau tau? Aku sakit. Aku sakit kau bermain api di belakangku.” Bentak Andi saat itu.
Saat itu aku tak perduli dengan tatapan iba dari teman-temanku. Tak ada satupun yang berani menolongku, karena mereka tahu apa akibatnya kalau mereka melawan Andi. Andi, kau tahu? Aku lebih sakit darimu. Aku sakit menerima semua perlakuan kasarmu selama ini.
Andi kau tahu? Aku menderita karena sekarang aku merasa seperti orang asing di keluargaku. Aku telah banyak berkorban untukmu. Saat kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu. Padahal saat itu kondisiku sedang tidak memungkinkan.
Aku pernah pulang hampir larut malam untuk menemanimu menjaga rumah. Aku sampai harus kehilangan gadgetku-karena di sita Ayahku-karena aku ketahuan pulang malam. Aku tidak perah melihat Ayahku semarah itu padaku. Dan aku harus melihat itu sejak aku mengenalmu.
Kau tahu Andi? Aku harus kehilangan waktu bermainku dengan teman-temanku. Jalan-jalan di mall dan berkenalan dengan laki-laki dari sekolah lain. Semua karena aku sayang padamu Andi. Tapi kau tidak aka pernah mengerti rasa sayangku ini. Boro-boro mengerti perasaanku. Untuk mengerti aku pun kau tidak bisa.
Aku lebih sakit darimu Andi. Aku lebih sakit. Tapi aku terus menyembunyikan perasaan ini padamu. Kau pernah berangan-angan untuk menjadi suamiku, dan aku mengiyakannya. Taukah kau Andi? Saat itu hatiku menjerit. Aku tidak kuasa untuk menangis. Aku sebenarnya tidak ingin menikah denganmu. Karena apa?
Saat berpacaran denganmu saja kau bertindak kasar padaku. Apalagi setelah menikah? Pasti kau akan lebih bersikap kasar padaku.
Kita akhirnya putus tepat saat usia hubungan kita 1 tahun bulan. Kau sempat menolak untuk putus denganku. Tapi, akhirnya kau mau juga putus denganku karena aku beralasan ingin focus pada sekolahku.
***
Suatu hari di hujan yang deras, aku sedang menunggu bus seperti biasanya di dekat halte sekolah. Awalnya Dika-teman sekelasku-menawariku untuk mengantarkanku pulang. Tapi saat itu aku melihatmu sedang melihatku dan Dika dengan mata yang melotot tajam. Akhirnya aku menolaknya dengan tidak enak.
Setelah Dika pergi kau menyuruhku untuk mendekatimu yang sedang berada di seberang jalan. Kau memanggilku dengan melambaikan tanganmu.
Dengan berat hati aku menuruti keinginanmu. Di tengah guyuran hujan yang semakin deras aku mendekatimu. Aku tidak pernah tahu kalau saat itu ada sebuah minibus yang tengah melaju ke arahku.
Aku tidak tahu apa-apa lagi setelah itu. Semuanya menjadi gelap.
Saat aku membuka mataku aku melihat Andi tengah menangis sambil memeluk tubuh seorang gadis. Aku mendekati Andi dan memanggil-manggil namanya. Tapi dia sama sekali tidak bergeming dengan sahutanku. Aku bingung.
Tapi akhirnya aku pun tau kenapa dia seperti itu.
Aku kaget saat menyadari kalau dia tengah memelukku. Memelukku?
Tanpa pikir panjang akhirnya aku sadar. Rohku tidak dapat lagi kembali masuk ke ragaku. Aku sedih. Sangat sedih. Aku sedih karena belum sempat meminta maaf pada keluargaku.
Tapi aku senang. Aku senang bisa keluar dari kesakitan yang melandaku. Walaupun harus dengan cara yang seperti ini.
Aku dapat melihat kau menangis. Menangis dengan penyesalan.
Andi. Aku harap ini semua bisa membuka matamu. Aku hanya ingin kau sadar kalau selama ini aku menderita bersamamu. Aku pura-pura bahagia walaupun berkali-kali hatiku menjerit-jerit.
Andi, aku harap kau bisa menemukan penggantiku. Semoga kau bisa mencari Imelda yang lain yang bisa kau cintai. Tapi aku mohon Andi. Jangan kau sakiti Imelda-Imelda yang lain. Cukup aku yang kau sakiti. Cukup aku yang merasakan seperti apa kerasnya hatimu.
Aku tau kau mencintaiku. Kau menyayangiku dari dasar hatimu. Tapi aku tidak butuh itu kalau kau tidak mengerti aku. Karena semua wanita hanya ingin dimengerti.
mohon maaf kalau ada yang salah dalam pengetikan --"